October 16, 2016

Manusia Pembelajar


Manusia adalah makhluk istimewa yang Tuhan ciptakan dengan kemampuan berpikir dan menganalisa.  Kemampuan ini bertumbuh sejak dari dalam kandungan hingga lahir dan bertumbuh dewasa.  Kemampuan berpikir ini membutuhkan lingkungan yang menunjang sehingga proses perkembangannya dapat bertumbuh dengan maksimal.  Asupan gizi dan lingkungan yang mendukung otak anak untuk terus dirangsanga dalam berpikir kritis dan kreatif akan sangat membantu perkembangannya.  Untuk memberikan gambaran bagaimana tahapan perkembangan kognitif mausia secara umum berikut ini akan dipaparkan mengenai teori dari Jean Piaget.
Piaget adalah seorang tokoh  psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya.  Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.  Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.  Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya.  Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif.  Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan metal anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya.  Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.  Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :

A. Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun). Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun. Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.  Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.  Kemampuan yang dimiliki antara lain :
  • Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
  • Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
  • Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
  • Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
  • Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.  
B. Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun) tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
a.  Preoperasional  (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
·         Self counter nya sangat menonjol.
·         Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
·         Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
·         Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan. 
b.    Intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
·         Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
·         Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
·         Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
·         Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

C.      Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun).  Ciri pokok perkembangan pada tahap  Tahap Operasional Konkret  ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.  Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.  Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya.  Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalahia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.  Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju.  Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.  Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan.  Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenaiberpikir abstrak.   
D.     Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun).  Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan  menggunakan pola berpikir "kemungkinan".  Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico – deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.  Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
  1. Bekerja secara efektif dan sistematis.
  2. Menganalisis secara kombinasi.  Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak  dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
  3. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
  4. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.  Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations  paling lambat pada usia 15 tahun.  Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operations.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal.  Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.  Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.  Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.


Diresume dari buku :  DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 35-40

Sumber: www.asikbelajar.com

June 05, 2012

Komunitas Belajar

Dalam pendidikan, istilah komunitas belajar adalah sesuatu yang sudah biasa untuk didengar.  Istilah ini biasanya mengacu kepada beberapa hal, misalnya membawa kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan di dalam kelas kemudian diubah untuk dilaksanakan di tengah komunitas; membawa salah satu nara sumber dari luar lingkungan sekolah masuk ke sekolah untuk memperkaya kurikulum dan tugas belajar siswa; ataupun juga melibatkan siswa, guru dan tenaga kependidikan ke dalam kehidupan pembelajaran yang terus menerus.  

Ada sebuah istilah yang mengacu kepada hal tersebut di atas yang saat ini sudah mulai banyak digunakan di sekolah - sekolah yang sudah memahami bahwa pembelajaran tidak bisa dibatasi di dalam kelas.  Istilah tersebut adalah "the professional learning community" atau ada juga yang menyebutkan sebagai "the professional community of learners."  Dalam komunitas tersebut guru - guru di sekolah dan para tenaga kependidikan secara terus menerus mencari dan membagikan hasil belajar serta berusaha mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari. 

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan efektifitas kerja mereka sehingga dapat bermanfaat bagi siswa.  Tugas ini juga disebut komunitas pencarian dan pengembangan secara berkelanjutan.   

Sebagai sebuah organisasi,  professional learning community dipandang sebagai pendekatan pengembangan staff yang kokoh dan strategi yang potensial bagi pengembangan dan perubahan sekolah.   Dengan demikian, setiap orang dalam tiap tingkatan sistem pendidikan tersebut akan bertanggung jawab terhadap pengembangan sekolah. 

November 30, 2011

PAUD di Sikari

Berfoto bersama guru - guru PAUD - Sikari
Sikari

Pada bulan Juni 2011 yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi desa Sikari, di tepi Sungai Memberamo.  Sebuah desa yang berpenduduk tidak lebih dari 400 jiwa.  PAUD di tempat ini masih berusia sekitar 2 tahun dan dilayani oleh 5 orang guru wanita.  Jumlah siswa PAUD adalah sekitar 60 siswa.   Bahasa Indonesia yang mereka kuasai sangat terbatas, namun cukup untuk menjalin komunikasi antara kami.  Dalam mengajar mereka menggunakan bahasa campuran, yaitu bahasa Sikari dan Bahasa Indonesia.  Sangatlah menarik, sekalipun berada di sebuah tempat yang jauh dari perkotaan, namun semangat belajar dan mengajar mereka sangat tinggi.  Setiap kesempatan untuk belajar dipergunakan dengan sebaik - baiknya.

October 16, 2011

Sucking Finger


Naturally,  a baby sucks his  finger because he needs it. Actually it shows that the baby is healthy and normal. Every baby is definitely going to suck their finger.  Usually it happens until the age of 3 months.   It is reflex because it starts when the baby has born.  That is why, if the baby will suckle, the mother's nipple does not need forced to put into baby's mouth. Simply slide the slide-cheek with the nipple, the baby will be looking toward the nipple. But it does not mean that all babies have a good sucking reflex. As Prof  Dr. dr. Nartono Kadri, SP.A (K) sais that there are some babies who have low sucking reflex, i.e. infants born premature and sick babies. "For the premature infants, their thumb sucking reflex are more slowly than the healthy ones, because their growth is not perfect." While the sick babies, for example, suffered severe respiratory problems. "This means the baby is in weak condition, so that the babies' sucking reflex are  not in good condition.
 

The Need for Sucking
Psychologically, according to Dra. Betty DK. Zakianto, M. Si, when infants suck their fingers it can happens because they hungry. Besides sucking babies do have needs, from birth to age 3 months. "Needs obtained sucking baby when breastfeeding, but this needs to be individualized. That is, each baby has a sucking need different, "explained this educational psychologist. That is why, duration of breastfeeding would not be the same on every baby. For example, there are babies who found satisfaction after sucking for 20 minutes during the breastfeeding, but there are some who feel satisfied after 40 minutes. In addition, milking interval can also be influential. Infants who were given once every 3 hours to drink, for example, needs to suck less than infants who are drinking 4 hours. "So the more often the baby was given the opportunity to suckle, the more often a baby can meet the needs for sucking," he continued. Some experts also said that breastfed infants would be more rare to do finger sucking than the baby who drink from a bottle. "If there are babies who breastfed while still sucking the finger, it could be due to a lack of nursing time. For example, the baby needs  40 minutes, but he was only given 20 minutes, so he was not satisfied. "Ideal feeding time, according to Betty, is about 30 to 40 minutes. "On 20 minutes the mother's milk is actually empty, but the baby is still sucking her nipples in order to meet the needs of sucking." 


Gloves or pacifier
The problem is that parents doesn't like to see the baby sucking finger.  They are afraid if the habit of sucking fingers will become a habit until after infancy. If it were so, it would be very difficult to eliminate. Anyway, if this practice continues, it would impede the development of the teeth. That is why, usually the parents provide an alternative solution by putting on gloves. In fact, according to Nartono, this method does not solve the problem, instead it can cause a danger. "The baby instead put the glove into his mouth.  Well, if  the gloves were sucked continues, of course, it got wet. In wet conditions, germs and dirt will be more easily attached. So, finally gloves can be bad for the baby, "he explained.  Beside gloves, some parents also like to give a pacifier.  It usually happens because the baby is still fussy even  after they have breast-fed. In contrast to the finger, according to Nartono, pacifier was so influential on the development of the teeth, because the pacifier is not as hard as fingers. In addition, a pacifier is an object outside the infant's body, thus removing the habit relatively easier than when the finger sucking. But by sucking pacifier it can cause lot of air into the baby's stomach so the baby will be easy bloating. "Usually, when the pacifier falls just wipe on the shirt while the caregivers, directly fed back into the baby's mouth. Well, this, right, could be a problem in  for the baby. " In other words, gloves and  pacifier will cause new problems when being used as a substitute for the fingers. 


Do not Worry
According to Betty, the parents do need not really to worry, because the habit of finger sucking will stop by itself. But with the record, as long as the baby grows in a fun environment. "Parents need to tolerate in order to meet the needs of the baby to suck." After all, eventually it will stop the habit itself. Moreover, as noted above, sucking fingers is a sign the baby is healthy and normal. Also, it is one of the needs of infants from birth to age 3 months. So it was natural. In fact, Betty says, until the age of 7 months too, the habit of finger sucking in infants is still considered reasonable. Another case when after the age of 7 months babies still continue the habit of finger sucking. "Parents should find out the problems," suggested Betty.    If the baby get the comfort of his thumb, said Betty, she could be experiencing boredom, frustration, or even exhausted. "His case is similar to infants who seek security from the objects around him, such as blankets, pillows or stuffed." Even so, remember Betty, still the parents should not force the baby to stop the habit immediately. "Try to turn its attention to other activities that attract him. For example, create a game with a hand or finger, like playing applause. Obviously, this game should be memorable for him. "It could also provide fun toys or replace with a special toy to be bitten. But do not forget, make sure the toy is safe and clean. If all of these ways has remained fruitless, according to Betty, the parents actually do not have to worry too much during normal growth. So, although babies have a habit of sucking fingers, but he's still playful and cheerful, yes, it's okay. But if he starts daydreaming and activities throughout the day just sucking fingers, then the parents should worry. Consult with an expert is the best alternative if the parents can not nevertheless be able to find the cause and resolve it.